Sebelum persalinan, berbagai perlengkapan sudah dipersiapkan menyambut kelahiran sang buah hati. Berbagai jenis pakaian, bantal guling, selimut, kaos kaki, topi, alas tidur, dan sebagainya. Dot atau empeng terkadang dianggap sebagai salah satu perlengkapan wajib untuk bayi baru lahir. Karena dot atau empeng dijadikan sebagai salah satu sarana untuk menenangkan bayi. Dalam dunia psikologi, fase oral merupakan tahap pertama perkembangan psikoseksual. Pada fase ini bayi memusatkan stimulus pada daerah mulut dan bibir. Bayi akan berusaha memasukkan semua benda yang dipegangnya ke dalam mulut karena menganggap mulut adalah tempat pemuasan kebutuhannya (oral gratification). Sejak dalam kandungan sebenarnya janin sudah memasuki fase oral, yaitu dengan memasukkan jempolnya ke dalam mulut sejak usia 12 pekan. Tak heran jika banyak janin terekam sedang mengisap jempol saat USG 4 dimensi. Namun, umumnya, fase oral dimulai sejak anak lahir hingga usia sekitar 18 bulan. Pada beberapa kasus, fase oral berlanjut hingga usia balita, misalnya dengan mengisap jempol atau thumb sucking hingga usia 5 tahun.
Dot atau empeng adalah salah satu benda yang bisa memuaskan fase oral bayi. Jika bayi rewel selain menggendong dan memeluknya, salah satu cara yang kerap dilakukan orang tua untuk menenangkan bayi adalah dengan memberikan dot. Tekstur dot yang cukup elastis membuat anak nyaman bahkan ketergantungan. Sebuah penelitian menyatakan bahwa bayi umumnya memerlukan sesuatu yang dapat dimasukkan ke mulutnya, bahkan saat ia tidak merasa lapar. Itu sebabnya dot bayi banyak menjadi pilihan orang tua.
Penggunaan dot atau empeng dianggap bermanfaat karena akan menenangkan bayi serta memberikan rasa nyaman pada keadaan-keadaan tertentu seperti keinginan untuk mulai tidur, rasa nyeri pada waktu gigi tumbuh, dipisahkan dari ibunya, menurunkan frekuensi menghisap jari, serta dianggap menurunkan kejadian SIDS (Suddent Infant Death Syndrome) atau kematian mendadak. Namun, ternyata dot atau empeng dapat menimbulkan berbagai efek merugikan antara lain:
1. Menyebabkan bingung puting dan menyapih dini
Pengenalan dot dapat menyebabkan teknik mengisap yang salah pada bayi. Mengisap payudara sangat berbeda dengan mengisap pada dot. Bayi yang mengisap payudara perlu membuka mulut lebih lebar, menggerakkan lidah untuk menjangkau payudara, dan bantuan otot-otot rahang sehingga dapat memerah ASI. Sedangkan jika menggunakan dot maka bayi hanya perlu membuka sedikit mulutnya dan lidah langsung menjangkau dot, bahkan tanpa mengisap pun susu sudah bisa mengalir. Bayi yang sudah terbiasa mengisap dot akan kesulitan mengIisap payudara. Akibatnya bayi lebih berselera terhadap dot. Hal itu menyebabkan bayi semakin jarang menyusu, sehingga produksi ASI akan menurun dan lama kelamaan akan berhenti memproduksi ASI. Akhirnya, akan terjadi penyapihan dini. Inilah yang sering menjadi keluhan bunda-bunda yang telah mengenalkan dot pada bayinya.
2. Risiko tersedak
Derasnya aliran susu pada dot berpotensi membuat bayi tersedak. Berbeda saat bayi minum ASI secara langsung karena susu tidak keluar jika puting tidak diisap.
3. Infeksi
Penggunaan dot berhubungan dengan meningkatnya kejadian infeksi pada bayi karena kontaminasi kuman, antara lain timbulnya infeksi telinga, mulut, dan saluran napas. OMA (otitis media akut) adalah salah satu infeksi pada telinga yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak. Risiko terkena OMA akan menurun dengan tingginya frekuensi menyusu. Bayi juga bisa terinfeksi akibat terpapar kuman yang mungkin terkontaminasi dari dot. Namanya juga anak-anak, pasti sering menjatuhkan benda dalam genggamannya. Jadi empeng dan dot yang mereka gunakan tidak terjamin kebersihannya, yang bisa menimbulkan penyakit. Belum dot atau empeng harus selalu disterilkan demi menjaga kebersihannya. Jika tidak sering dibersihkan, bakteri bisa bersarang dan mengancam kesehatan anak. Selain itu, biasanya anak meminum susu dari dot hingga tertidur, aliran susu yang keluar bisa masuk ke telinga sehingga mengalami infeksi.
4. Maloklusi dan karies gigi
Penggunaan dot yang berkepanjangan berhubungan erat dengan timbulnya masalah gigi seperti karies dan maloklusi. Keadaan ini diperberat bila penggunaan dot sambil tidur. Penggunaan dot dapat membuat gigi tumbuh tidak sesuai. Meskipun masih gigi susu, tetapi perkembangannya akan menentukan pertumbuhan dan letak susunan gigi permanen di kemudian hari. Makin lama penggunaan dot akan makin tinggi risiko kerusakan gigi. Demikian juga cairan manis dalam botol dot juga berperan untuk timbulnya kerusakan gigi berupa karies.
5. Terlambat bicara
Saat menyusu langsung pada payudara, otot rahang bayi akan bergerak aktif yang memudahkan anak untuk berbicara. Berbeda dengan dot yang tidak memerlukan gerakan rahang yang aktif untuk mengisapnya, jadi otot mulut anak tidak terlatih dan bisa menghambat kemampuan berbicaranya.
6. Mengurangi ikatan bonding dengan anak
Secara naluri, ibu adalah tempat ternyaman bagi bayi. Apabila bayi sakit, gelisah, nyeri, lapar, dan mengantuk, maka yang dicari adalah ibu. Ikatan itu amat kuat, sebab proses menyusui telah melatih mereka untuk saling memberi dan menerima. Beda halnya bila proses menyusui itu terusik karena kehadiran dot, ikatan ibu dan bayinya jadi lebih renggang. Dot seolah mengambil cinta bayi dari ibunya. Dot adalah pesaing ibu dalam mendapatkan perhatian bayinya. Beberapa menyebut bahwa dot adalah selingkuhannya puting sebab hadir di antara ibu dan bayi dan seringnya merusak hubungan kedekatan ibu dan bayinya. Sejak kenal dot bayi ketergantungan untuk mendapatkan ketenangan dari dot dan seperti tidak membutuhkan kenyamanan dari ibunya lagi.
7. Menurunnya daya kemandirian anak
Bayi yang terbiasa dengan dot akan selalu berada di zona nyaman dan cenderung tidak menginginkan penggunaan media selain dot. Bayi yang terbiasa dengan dot tumbuh menjadi anak yang kurang adaptif dalam perkembangan tahap makan dan minum dibanding anak lain dalam usia yang sama. Artinya, saat anak lain minum dengan gelas, anak yang terbiasa dengan dot memilih tetap minum dengan dot walau isinya bukan susu, dan walaupun usianya bahkan telah lebih dari 2 tahun atau melebihi usia penyapihan. Dot telah merampas hak belajar anak untuk berperilaku sesuai usianya. Gagal move on dari dot, sering terjadi. Hal ini tidak baik sebab kita telah memberikan alat stimulasi yang salah, yang justru akan memperlambat kematangan dan kemandirian kelak.
Itulah sebabnya penggunaan dot atau empeng dilarang karena banyaknya kerugian jangka pendek dan jangka panjang.
Referensi:
Materi Melek ASI Menyusui Lactashare
https://www.popmama.com/baby/0-6-months/ajengbahanawati/efek-negatif-empeng-dan-dot-untuk-bayi
https://www.parenting.co.id/bayi/fase-oral-pada-anak-
Dapatkan sekarang