PERINTAH MENYUSUI DALAM ISLAM
Koleksi pribadi
Sumber gambar: canva
Admin
03 Jun 2022 22:24 WITA

PERINTAH MENYUSUI DALAM ISLAM

Memiliki anak adalah anugerah tak ternilai. Mereka bukan milik kita, tetapi titipan Allah. Tidak semua pasangan diberi kesempatan merasakan kehadiran buah hati penyejuk jiwa, maka sudah selayaknya kita merawatnya sepenuh cinta, termasuk memberikan nutrisi terbaik. 

Al Qur'an adalah hudan, way of life, buku panduan. Di dalamnya tercantum semua pedoman dalam menjalankan aktivitas kehidupan di dunia ini, termasuk tentang menyusui. 

Kata ‘menyusui’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti memberikan air susu untuk diminum kepada bayi dari buah dada. Sedangkan dalam bahasa Al quran, setidaknya ada dua term yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan menyusui, yaitu: 

1. Kata kerja radhi’a-yardha’u-radhâ’an-radhâ’atan, bermakna kegiatan menyusui. Secara bahasa kata al-radhâ’a bermakna menyusui, baik itu seorang perempuan atau pun binatang. Sedangkan secara istilah berarti menyampaikan air susu seorang perempuan kepada mulut bayi yang belum sampai usianya dua tahun. 

Kata ini terulang sebanyak 10 kali dan tersebar dalam 5 surat, yaitu: 

QS. Al-Baqarah: 233, 

QS. Al-Nisâ’: 23, 

QS. Al-Hajj: 2, 

QS. Al-Qashash: 7 dan 12, 

QS. Al-Thalâq: 6. 

2. Istilah fishâl, secara bahasa bermakna fithâm, yaitu menceraikan. Maksudnya pemisahan anak dari susuan, atau pemisahan susuan karena anak terpisah dari asupan susu ibunya dan beralih kepada asupan makanan lainnya. 

Menurut gramatikal bahasanya, fishâl mengandung makna ‘saling memisahkan’, sebab anak terpisah dari ibunya, dan ibu pun terpisah dari anaknya, sehinga antara keduanya ada pemisahan. 

Kata ini terulang sebanyak 3 kali dalam Al Qur’an, yaitu pada

QS. Al-Baqarah: 233, 

QS. Luqmân: 14 dan 

QS. Al-Ahqâf: 15.

Menyusui yang Allah jelaskan yaitu radha'ah, artinya ibu menyusui anak atau anak menghisap atau (الرضاع) menyedot air susu ibu secara langsung, bukan dengan cara syariba (شرب) yang artinya minum dengan alat bantu seperti botol dan lain-lain. 

Maka dapat disimpulkan bahwa makanan terbaik untuk anak kita sejak baru lahir hingga berusia 2 tahun yaitu ASI. Cara pemberian ASI yang sempurna dan diridhoi Allah SWT menurut Al-Qur'an dan hadist yaitu dengan cara disusui langsung (radha'ah) bukan dengan cara dipompa dan kemudian diberikan dengan alat bantu seperti botol ataupun lainnya (syariba). Syariba hanya diperbolehkan jika dalam kondisi terpaksa, misal karena Ibu sedang sakit atau anak sedang sakit ataupun Ibu harus bekerja karena ada pertimbangan khusus seperti permasalahan perekonomian. 

Di dalam Al Qur'an surah Al Baqarah 233 lengkap disebutkan mulai masa menyusui, kewajiban ayah, masa menyapih, dan bolehnya menyerahkan penyusuan pada orang lain. 

Meskipun secara teks ayat tersebut berbentuk kalimat berita (khabariyah), tetapi mengandung makna perintah. Jika Al Qur'an memerintahkan suatu pekerjaan, tentu di dalamnya ada maslahat dan manfaat. Sebaliknya, jika perintah tersebut diabaikan, akan memunculkan ketidaksempurnaan pada kehidupan manusia. 

Disebutkan di sini bahwa masa menyusui, yaitu 2 tahun bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya. Jadi, tidak ada larangan menyusui kurang dari dua tahun jika memang ada maslahat di dalamnya. Imam Ibnu Katsir memandang ayat ini sebagai bimbingan Allah swt bagi para ibu, hendaknya mereka menyusui anak-anaknya secara sempurna, yaitu selama dua tahun.

Betapa agungnya syariat Islam, setelah berbicara mengenai tugas istri untuk menyusui anaknya sebagai bentuk kemuliaan, Allah swt juga berbicara tentang tugas suami. Ada dua kewajiban suami sebagai bentuk dukungan bagi istri yang tengah menyusui, yaitu memberikan ﻦﮭﻗزر (rizki) dan ﻦﮭﺗﻮﺴﻛو (pakaian). 

Suami wajib memberikan rizki atau nafkah yang halal, sebab ibu menyusui memerlukan banyak nutrisi dan makanan yang bergizi untuk menghasilkan air susu yang baik. 

Suami juga wajib memberikan pakaian yang baik sebab banyak wanita memiliki ukuran dan bentuk tubuh yang berbeda dari sebelumnya, sehingga memerlukan pakaian yang baru. Selain itu diperlukan pakaian dengan model khusus yang dapat memudahkan proses menyusui. Dari sisi psikologis, memberikan pakaian yang baru juga akan menimbulkan rasa bahagia pada ibu yang menyusui sebagai bentuk hadiah. 

Intinya ayat ini menghendaki para suami turut memberikan support dan arahan kepada istri untuk menyusui anaknya, dan sebaiknya hingga sempurna dua tahun. Sebab penelitian menunjukkan bahwa diantara faktor yang menyebabkan seorang istri tidak menyusui anaknya ialah karena tidak ada atau kurangnya dukungan suami. 

Pada dasarnya keputusan mengenai lama menyusui ditentukan oleh suami. Meskipun demikian, dalam lanjutan ayat ini memerintahkan agar keputusan mengenai masa penyapihan anak diambil berdasarkan kesepakatan bersama antar suami-istri melalui permusyawaratan. 

Mengingat begitu pentingnya pemberian ASI bagi bayi sebab tidak ada susu atau minuman dan makanan apapun yang sepadan dengan kebaikan ASI. Maka para ibu yang tidak dapat menyusui anaknya sendiri sebab alasan-alasan tertentu, Allah tidak menganjurkan memberikan makanan atau minuman lain sebagai pengganti ASI. Akan tetapi Allah swt membimbing agar orang tua dapat mencarikan perempuan lain untuk menyusukan anak-anak mereka. Meskipun mereka harus mengeluarkan biaya untuk upah. 

Poin yang dapat diambil adalah bahwa kedudukan ASI tidak dapat digantikan dengan jenis makanan atau minuman lainnya bagi bayi. Atau dengan kata lain, lebih baik disusukan oleh perempuan lain dari pada beralih pada susu atau makanan pengganti ASI lainnya. 

Berarti tidak menyusui tanpa alasan syar'i sama saja menentang fitrah yang ada dalam diri seorang ibu, dan merusak pendidikan anaknya. Intinya, dengan alasan apapun, dan jika tidak menimbulkan kemudharatan, ibu harus terus menyusui anaknya hingga sempurnanya penyusuan, sebab ini merupakan bentuk kemuliaan yang Allah swt berikan.

Syariat menyusui 

Sebagian ulama berpendapat, bahwa seorang ibu berkewajiban menyusui anaknya, berdasarkan zhahir ayat QS. Al-Baqarah 233, karena meskipun secara teks ayat tersebut berbentuk kalimat berita (khabariyah), tetapi mengandung makna perintah. 

Tetapi mayoritas ulama berpendapat, bahwa perintah menyusui hukumnya adalah sunnah. Kecuali ternyata anak tidak dapat menyusu dari perempuan lain, atau ayah tidak mampu memberikan upah untuk perempuan lain untuk menyusukan anaknya, atau memang jika tidak dijumpai seorang perempuan yang siap menyusui. 

Mengenai lama menyusui yaitu dua tahun, bukanlah suatu kewajiban, tetapi diserahkan kepada kedua orang tuanya untuk menyepakati, apakah kurang dari dua tahun, atau sempurna dua tahun, atau bahkan lebih dari dua tahun. Namun yang menjadi pertimbangan adalah tidak terjadinya suatu mudharat, baik bagi anak maupun ibu. 

Mengenai batasan waktu menyusui ini pun menjadi pembahasan oleh para imam mazhab, yaitu terkait susuan yang mengakibatkan seseorang menjadi mahram. Imam Malik, Syafi’i dan Ahmad sepakat bahwa batasan susuan yang menjadikan sebab mahram adalah anak usia dua tahun kebawah, maka lebih dari itu tidak menyebabkan seseorang menjadi mahram. Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa batasan susuan mahram adalah 30 bulan. 

Hikmah Menyusui 

ASI adalah makanan yang paling sesuai bagi anak sesuai dengan tingkatan umurnya. ASI sangat berpengaruh, tidak hanya pada perkembangan fisiknya, tapi juga akhlak dan watak anak. Hal itu disebabkan air susu ini berasal dari darah ibu yang kemudian dihisap oleh anak, dan itu pulalah yang akan menjadi darah dan daging serta tulang si anak. Bahkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ASI lebih berpengaruh pada akhlak anak dibanding dengan jasmaninya. 

Lantas bagaimana pengaruh terhadap akal, sensitifitas dan karakter? Seorang ibu sewaktu menyusui anak, ia tidak sekedar menyusui, tetapi dengan penuh perasaan kelembutan, kasih sayang dan belaian. Dengan demikian, perasaan sayang itulah yang akan tumbuh pada diri seorang anak, juga rasa cinta dan kebaikan. Sebaliknya, orang yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ibu, mereka merasakan dirinya terbelenggu, lalu akan timbul karakter yang keras, jahat dan dendam.  

Betapa Allah tidak menciptakan segala sesuatu itu sia-sia tanpa nilai. Dan belum pernah ada suatu agama atau kepercayaan apapun dalam masalah pendidikan anak sehebat ajaran Islam.

 

 

 

Dapatkan sekarang

Sepenuh Cinta, Ringan dan cepat
0 Disukai
Lihat Juga