Menjadi Bunda bukan peran yang mudah, ya. Banyak tantangan yang dihadapi dalam menghadapi berbagai kondisi mulai ketika hamil hingga membersamai anak di 2 tahun pertama kehidupannya. Ada beberapa tantangan yang mungkin dihadapi oleh para bunda dan calon bunda yang bisa mempengaruhi pikiran dan perasaannya di 1000 HPK
1. Belum siap hamil
Saat ini tidak sedikit orang menikah tetapi tidak siap hamil. Padahal jika sudah siap menikah berarti sudah perlu siap hamil juga. Beberapa hal mungkin menjadi alasan seperti masih pengen melanjutkan kuliah, atau mungkin masih mau fokus ke karir atau bisnis terlebih dahulu. Sebenarnya kebanyakan pasangan yang baru menikah sangat bahagia jika tahu hamil. Namun, bagaimana untuk kehamilan berikutnya? Tidak sedikit yang kaget ketika telat haid dan mendapati kenyataan bahwa dia hamil lagi. Apalagi jika bayi masih menyusu, atau mungkin bunda sedang menggunakan obat atau alat kontrasepsi, tentunya tidak sesiap kehamilan pertama yang dinanti-nantikan. Jika kondisinya seperti ini tentunya akan sangat berpengaruh ke kondisi janin yang sedang dikandungnya. Janin mungkin saja bisa tumbuh sehat, lahir normal, sempurna tanpa cacat fisik, tetapi bagaimana kondisi mental emosionalnya?
2. Tidak merasa butuh belajar
Tidak banyak bunda dan calon bunda yang merasa butuh belajar parenting, menyusu, dan MPASI. Mengandalkan ilmu turun temurun dari orang tua, kakek nenek, membuat ibu tidak bisa memberikan pengasuhan versi terbaik. Menyusui hanya mengikuti kebiasaan di keluarga, jika menemukan kesulitan maka mengambil jalan pintas memberi pengganti ASI. Demikian pula pemberian makan, hanya mengikuti kebiasaan orang serumah, tidak memperhatikan jadwal makan, variasi jenis makanan, perubahan tekstur, feeding rules, hingga akhirnya kebablasan anaknya hanya mau minum susu atau lebih suka jajan ga mau sama sekali makan nasi. Padahal saat ini semua ada di genggaman, berbagai ilmu bisa dicari dengan memanfaatkan gadget yang ada. Bahkan di puskesmas sudah tersedia banyak fasilitas yang semakin didekatkan dengan adanya posyandu setiap bulan.
Baca juga: MengASIhi: Butuh Persiapan Sejak Hamil
3. Belum siap mental emosional
Berbagai permasalahan dalam kehidupan bukan hanya mempengaruhi pasangan suami istri tetapi berdampak pula pada anak-anak sebagai generasi penerus. Persoalan finansial, penyakit, masalah keluarga semuanya akan mempengaruhi pasangan suami istri yang tentunya akan berdampak ke anak-anak. Ketidaksiapan mental emosional menghadapi berbagai perubahan signifikan setelah menikah membuat banyak pasangan yang tidak baik-baik saja. Menikah mengubah sebagian besar rutinitas harian bunda. Yang tadinya ke mana-mana diantar Ayah, sekarang ada suami yang setia menemani. Sebelumnya kalau mau jajan mesti merogoh kantong sendiri, sekarang ada yang traktir. Biasanya tidur sendiri di kamar, sekarang ada yang menemani. Kalau memasak hanya menurut selera pribadi, sekarang mempertimbangkan selera suami. Dan masih banyak lagi perubahan yang belum tentu siap dijalani.
4. Kebablasan bersosial media
Sosial media memudahkan kita berkomunikasi, belajar, menambah wawasan, menemukan berbagai hiburan, menyalurkan hobi, mengasah kreativitas, berbisnis, dll. Namun, menggunakan sosial media secara berlebihan dan tidak terkontrol bisa membuat anak jadi ikut-ikutan. Karena sejatinya anak hanya mencontoh perilaku orang di sekitarnya. Tidak semua yang lewat di beranda sosmed baik untuk kita. Maka pandai-pandailah memilih konten karena tentunya akan mempengaruhi pikiran, perasaan, ucapan, dan tindakan kita. Banyak konten parenting di sosial media sangat membantu menambah wawasan, namun apakah semua sudah sesuai bukti ilmiah atau berdasarkan pendapat orang yang berkompeten?
Sekarang kita bahas mengapa tema ini penting.
2 tahun pertama adalah masa krusial pertumbuhan dan perkembangan otak dan seluruh sistem yang ada di dalam tubuh makhluk hidup bernama manusia. Sehingga jika terjadi masalah di tahapan 1000 HPK maka bisa bersifat permanen dan tentunya akan berdampak bagi masa depan.
Apa itu 1000 HPK?
Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan dimulai dari sejak terjadi pembuahan, pertemuan antara sel sperma dan sel telur hingga anak berusia 2 tahun. Masa kehamilan 270 hari dan 2 tahun pertama selama 730 hari, sehingga seluruhnya berjumlah 1000 hari.
Selama kehamilan terjadi perkembangan janin yang sangat pesat. Pada trimester pertama sudah mulai terjadi perkembangan organ-organ penting seperti jantung, paru, otak, dan sumsum tulang belakang. Kemudian pada trimester kedua janin mulai terasa bergerak, sudah terbentuk alat genital, sudah belajar menelan. Dan di trimester ketiga terjadi perkembangan yang sangat pesat, otak berkembang pesat, sudah bisa berespon terhadap cahaya, dan paru-paru sudah siap untuk bernapas ketika lahir.
Setelah lahir, bayi bertumbuh dan berkembang pesat. Ukuran otak saat lahir yang tadinya hanya 25% berat otak dewasa, setelah berusia 2 tahun sudah mencapai sekitar 80% berat otak dewasa. Jadi, sisa yang 20% berkembang lambat hingga dewasa. Perkembangan kemampuan anak mulai usia sekitar 4 bulan sudah bisa tengkurap, kemudian merangkak di usia 7 bulan, bisa duduk tanpa bantuan di usia 8 bulan, berdiri sekitar usia 9 bulan, berjalan di usia 12 bulan. Semua perkembangan berbagai organ, perkembangan otak, perkembangan kemampuan motorik, sensoris, sosial, bahasa, berkembang pesat di masa 1000 HPK. Jika ada gangguan di masa ini, maka akan menjadi cikal bakal gangguan di masa depannya.
Tantangan apa yang biasa Bunda alami di 1000 HPK?
Selama hamil terjadi banyak perubahan fisik dan psikis. Mulai dari morning sickness, perubahan bentuk tubuh, perubahan hormonal, semua butuh adaptasi. Setelah bayi lahir, terjadi perubahan rutinitas menyesuaikan kebutuhan bayi. Ada yang bayinya nyenyak di pagi hari dan sering terbangun di malam hari, ada juga yang bisa mengikuti pola tidur normal seperti pada umumnya, lebih banyak tidur sepanjang malam.
Berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi ananda, Bunda masih belajar menyusui sehingga mungkin akan timbul masalah seperti puting lecet, adanya bendungan ASI, mastitis, bayi bingung puting, ASI seret, atau mungkin bayi tiba-tiba menolak menyusu. Setelah mulai MPASI mungkin ananda alergi, diare, sembelit, menolak makan, sulit naik tekstur, tidak mau makan nasi, hanya mau minum susu, dan berbagai permasalahan lain yang mengakibatkan BB kurang, atau tidak naik dalam beberapa bulan, atau mungkin termasuk kategori stunting.
Terkait pengasuhan, mungkin anak mudah rewel, sering sakit, sedikit-sedikit tantrum, sangat aktif, sulit ditinggal, dll. Semua itu tentu membuat ibu perlu strategi agar bisa menghadapi semuanya dengan tetap bahagia.
Menurut KBBI bahagia itu berarti merasa senang dan tenteram
Ada 4 ciri bahagia
1. Selalu bersyukur atas apa pun kondisi saat ini
2. Tetap tenang menghadapi berbagai keadaan
3. Menjaga hubungan baik dengan sesama
4. Selalu ridha dengan setiap takdir Allah
Menurut Prof. Sonja Lyubomirsky dari University of California Riverside dalam bukunya "The How of Happiness", kebahagiaan diwariskan dari orang tua dan kakek nenek sebesar 50%, 10% dipengaruhi oleh lingkungan, dan 40% dipengaruhi oleh pola pikir dan perilaku.
Genetik tentunya tidak bisa diubah. Jika kita terlahir dengan genetik yang kurang bahagia, maka kita masih bisa mengubah 40% dengan mengelola pola pikir dan perilaku.
Menurut Prof Martin Seligman pakar Positive Psycology, ada 3 cara untuk bahagia
1. Memiliki hidup yang menyenangkan, mendapat kenikmatan sebanyak mungkin. Mungkin ini car ayang ditempuh kaum hedonis. Hati-hati dengan jebakan hedonic treadmill, tidak pernah merasa puas, dan terjebak untuk terus memenuhi keinginan-keinginan yang terlalu banyak.
2. Terlibat dalam berbagai aktivitas yang memunculkan rasa senang, fokus, damai, benar-benar menikmati sehingga saking asyiknya waktu seakan berlalu tanpa terasa.
3. Memiliki semangat melayani, berkontribusi, bermanfaat untuk orang/makhluk lain, atau merasa bahwa kehidupan yang dijalani lebih bermakna dibanding diri sendiri.
Kira-kira cara mana yang paling membuat bahagia?
Berikut ini beberapa tips agar Bunda bisa menikmati semua peran dengan bahagia
1. Perbaiki niat
Menikah adalah ibadah seumur hidup, maka perbaiki niat agar bisa selalu menemukan mode bahagia. Jika sebelumnya niat menikah pengen punya teman, pengen punya anak, maka saat ini kembalikan niat semuanya karena Allah semata agar semuanya bernilai ibadah berbuah pahala. Demikian pula saat membersamai anak-anak, maka niatkan karena Allah, layani mereka sebagai wujud syukur karena Allah masih mempercayai kita menitipkan mereka.
2. Mempersipkan diri Bunda perlu mempersiapkan diri dengan belajar berbagai tema parenting, menyusui, MPASI, dan sebagainya. Bukan hanya di sekolah atau di kampus kita belajar, sebagai bunda dan calon bunda pun perlu belajar mempersiapkan diri. Sayangnya tidak ada sekolah khusus untuk jadi bunda, ya. Tapi, sekarang sudah banyak kok kelas yang menyediakan berbagai kebutuhan untuk para ibu dan calon ibu yang mudah diakses, baik offline mau pun online.
3. Tetap tenang
Sebagaimana kata Ibnu Sina, kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan.
4. Berserah
Sadari bahwa kita hanya hamba, semuanya sudah ada yang mengaturnya. Maka tugas kita hanya berusaha, berikhtiar memantaskan diri, kemudian hasilnya serahkan pada yang kuasa. Bagaimana jika anak sakit, malas makan, menolak menyusu?
Tetap tenang, karena janji Allah
"Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya."(QS. At-Taghabun : 11)
Semuanya sudah diatur, Allah tak akan meletakkan masalah di pundak yang salah. Maka tetaplah dalam keimanan, maka Allah akan mengilhamkan petunjuk ke dalam hati kita. Maka jika anak sedang tidak baik-baik saja, sadari bahwa ini akan berlalu, Allah selalu ada untuk menolong hamba-Nya.
Sebagai seorang bunda, kita perlu bahagia dulu agar anak-anak ikutan bahagia. Karena ibu yang bahagia akan mudah menularkan kebahagiaan ke sekitarnya.
Dapatkan sekarang